metkompang 5

3:54:00 PM 0 Comments


1.    Apakah perbedaan gula batu dan gula pasir?
Gula batu dan gula pasir berbeda penampakannya karena adanya perbedaan dalam proses pembuatannya. Gula batu tidak semanis gula pasir, yang diperoleh dari kristal bening berukuran besar berwarna putih atau kuning kecoklatan. Kristal bening dan putih dibuat dari larutan gula jenuh yang mengalami kristalisasi secara lambat. Gula batu putih memiliki rekahan-rekahan kecil yang memantulkan cahaya. Kristal berwarna kuning kecoklatan mengandung berbagai karamel. Gula ini kurang manis karena adanya air dalam kristal (Varina 1990). Gula pasir sendiri mengalami proses kristalisasi secara cepat dan berulang-ulang. Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk mengawali atau memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh, campuran dari kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk memisahkan keduanya. Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan pakaian dalam mesin cuci yang berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk didistribusikan.
2.    Apakah perbedaan detergen dan sabun?
Sabun berasal dari asam lemak (stearat, palmitat atau oleat) yang direaksikan dengan basa Na(OH) atau K(OH), berdasarkan reaksi kimia berikut ini : C17H35COOH + Na(OH) C17H35COONa + H2O
Asam stearat       basa               sabun
Sabun natron (sabun keras) adalah garam natrium asam lemak seperti pada contoh reaksi di atas. Sedangkan sabun lunak adalah garam kalium asam lemak yang diperoleh dari reaksi asam lemak dengan basa KOH. Sabun lemak diberi pewarna yang menarik dan pewangi (parfum) yang enak serta bahan antiseptic seperti pada sabun mandi. Beberapa sifat sabun antara lain adalah sebagai berikut :
a.    Larutan sabun mempunyai sifat membersihkan karena dapat mengemulsikan kotoran yang melekat pada badan atau pakaian
b.    Sabun dengan air sadah tidak dapat membentuk busa, tapi akan membentuk endapan (C17H35COO)2Ca) dengan reaksi:
2 (C17H35COONa) + CaSO4 (C17H35COO)2Ca + Na2SO4
c.    Larutan sabun bereaksi basa karena terjadi hidrolisis sebagian.
Sedangkan deterjen adalah juga bahan pembersih sepeti halnya sabun, akan tetapi dibuat dari senyawa petrokimia (Warlina 2004). Deterjen mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sabun, karena dapat bekerja pada air sadah (Sittig 1979). Bahan deterjen yang umum digunakan adalah dedocylbenzensulfonat. Deterjen dalam air akan mengalami ionisassi membentuk komponen bipolar aktif yang akan mengikat ion Ca dan/atau ion Mg pada air sadah. Komponen bipolar aktif terbentuk pada ujung dodecylbenzen-sulfonat. Untuk dapat membersihkan kotoran dengan baik, deterjen diberi bahan pembentuk yang bersifat alkalis. Contoh bahan pembentuk yang bersifat alkalis adalah natrium tripoliposfat.
3.    Apakah yang dimaksud dengan angka potensi vitamin A?
Angka potensi vitamin A merupakan angka yang menyatakan konversi satuan vitamin A dan karoten. Potensi vitamin A dari alfa-karoten sebesar  retinol, beta karoten  dari retinol, dan beta-cryptoxanthin  dari retinol. Hal ini berdasarkan bioefikasi fungsional dari masing-masing senyawa karotenoid, yaitu proporsi nutrisi yang dicerna yang menghasilkan fungsi metabolik. Angka yang dimaksud berhubungan dengan  senyawa karotenoid yang didapat dari asupan makanan sehari-hari (West et al. 2002). Angka-angka ini berarti bahwa untuk mendapatkan hasil biokonversi 1 µg retinol, diperlukan 12 µg beta-karoten dari makanan,  24 µg alfa-karoten dari makanan, dan 24 µg alfa-cryptoxanthin dari makanan. Untuk biovailabilitas beta-karoten dari makanan sehari-hari, U.S. Institute of Medicine (IOM) menggunakan nilai dari Hof et al (1999), yaitu 14% (1:7) dan menjadikannya 1: 6 karena penggunaan asupan buah yang rendah pasa studi ini. Oleh karena itu, bioefikasi relatif beta-karoten dari makanan sehari-hari dibanding bioefikasi dari minyak (1:2) adalah 1: 12 (FAO 2004).


Daftar Pustaka
Sittig, M. 1979. Detegen Manufacture Including Zeolite Builders and Other New Materials. New Jersey, USA ; Noyes Data Corporation.
Varina F. 1990. Pembuatan Gula Semut dari Batng Tebu yang Ditunda Ekstraksi Niranya. Skripsi. Bogor: FATETA IPB.
Warlina L. 2004. Pencemaran Air: Sumber, Dampak, dan Penanggulangannya. Bogor: IPB Press.
West CE, Ans Eilander, dan Machteld van Lieshout. 2002. Consequences of Revised Estimates of Carotenoid Bioefficacy for Dietary Control of Vitamin A Deficiency in Developing Countries. J. Nutr. 132: 2920S–2926S.
WHO Library Cataloguing-in-Publication Data. 1998. Vitamin and mineral requirements in human nutrition. Report of a Joint FAO/WHO Expert Consultation. Bangkok: Thailand.

andikaprakoso

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 comments: