Simpang

9:58:00 PM 0 Comments

Kamu pernah berada dalam kegelapan dan menemukan satu titik terang di dalamnya?
Ya, aku pernah merasakan itu. Dan aku merasa sangat tertolong karenanya. Hingga saat ini, aku masih ingat betul bagaimana hal itu bisa menolongku.

Di tengah kebimbangan akan kemelut masa depan yang menurutku waktu itu masih samar abu-abu, kamu hadir di depanku.
Ya, memang bukan untuk mendiktekan aku tentang tujuan hidup, tentang aturan masa depan, bukan juga tentang kebebasan yang bersifat fatamorgana.

Ketika itu kamu hanya menjalani tugasmu. Membagikan secercah bekal untuk remaja tanggung yang tak bisa lagi dikategorikan bocah. Dan tidak ada satu hal pun yang membuat aku tertarik saat itu.
Hingga aku melihat sorot mata yang penuh dengan semangat, lantunan intonasi yang mantap serta gerakan bibir yang mengumbar sejuta ilmu.

Itu lah saat dimana aku tergugah untuk menyelami dunia yang kamu jalani.
Aku ingin merasakan kobaran semangat yang terlihat dari sorot matamu.
Mengarungi ilmu dengan sejuta tantangan.

Sampai pada suatu saat dimana aku memasuki dunia nyata dari segenap teori dan mimpi yang kamu pernah umbar. Lebih pelik rasanya karena aku kehilangan sosok dengan sorot mata penuh kobaran semangat.
Sudah berupaya berjuang semampuku. Tapi apa daya, tak sanggup aku menopangnya.
Aku menyerah. Terombang-ambing dalam kenyataan hidup yang tak menentu.
Ahh, mungkin Tuhan memang tidak menakdirkan aku untuk menyelami dunia yang sama denganmu.

Sampai pada suatu ketika, aku meyakinkan diriku lagi untuk bangkit kembali pada dunia semacam ini. Dan kali itu juga aku melihat sosok dengan kobaran sekangat itu kembali hadir di depanku.
Sosok yang membuat aku terjerumua pada dunia seperti ini. Sosok yang mampu menggugah semangatku sampai ke hati sanubari yang paling dalam.
Banyak hal yang aku dalami bersama denganmu. Banyak hal yang aku gali dengan petunjukmu.

Dan kini, aku berada pada persimpangan yang sebenarnya aku sudah tahu bahwa aku tak akan pernah sanggup untuk memutuskan pilihan dari pilihan ini.
Aku tak mahir dalam mengundi, apalagi berjudi.
Ketika kamu meminta aku untuk terus bersamamu, aku sudah merasa memiliki dunia yang mendukung aku untuk mewujudkan apa yang sudah aku impikan sesuai dengan ilham dari apa yang selalu engkau bagikan padaku.
Aku tak ingin mengecewakanmu. Sungguh. Aku tak ingin memberikan harapan hampa.
Jangan berikan aku pilihan yang sangat sulit kali ini.

0 comments: