Surat Pura-pura Untuk Kamu

9:53:00 PM 0 Comments

Ketika kamu membuka halaman ini, maka aku pastikan bahwa aku masih tetap di sini, di tempat yang sama.

Aku tidak punya orang spesial yang cukup dekat denganku. Orang yang aku kategorikan sebagai sahabat bahkan tidak masuk ke dalam sebutan orang spesial yang cukup dekat. Aku tidak pernah merasakan kebahaagiaan sedahsyat ini. Ya, aku punya seseorang yang bisa aku kategorikan sebagai orang spesial. Terlebih lagi, aku bisa mengkategorikannya sebagai orang yang cukup dekat.

Aku tidak pernah sebahagia ini. Ketika aku bisa menghibur dan memberikan nasihat sok pintar dan sok bijak atas peliknya masalah hidup yang rela kamu bagi dan ceritakan kepadaku. Mungkin solusi yang aku berikan tidak sebaik sufi-sufi yang sudah memiliki ilmu tinggi tentang asam garam hidup. Tapi yang pasti, neuron dalam otak kanan dan otak kiriku merasa senang bahwa ia telah berhasil setidaknya memberikan jalan keluar untuk memecahkan masalahmu. Selain itu, ia berhasil membuat sebuah ide agar aku berhasil menghiburmu yang sedang lara karena dirundung duka.

Aku tidak pernah sebahagia ini. Ketika aku merasa bosan dengan rutinitas, kamu mampu mengalihkan perhatianku untuk selalu bisa tegar menghadapi apa yang akan terjadi. Kamu juga bukan guru besar atau profesor, tapi aku suka bagaimana neuron di otakmu mengirimkan setiap sinyal untuk membuatku sedikit tersenyum di tengah keadaan yang pelik mencekik. Memang tidak selalu tepat, tapi aku bahagia karena memiliki seseorang yang menaruh perhatian padaku.

Aku tidak pernah sebahagia ini. Ketika aku sendiri menyusuri jalan setapak yang terlalu kelam karena terlena dengan keindahan siang, kamu mampu hadir dan menemaniku dalam hitamnya malam. Menembus gelap, menuju sebuah cahaya yang bisa membuatku merasa nyaman. Ya, itu lebih dari indah. Aku bahkan belum pernah diperlakukan demikian oleh makhluk ciptaan Tuhan lain yang sudah lebih dulu hadir dalam hidupku.

Tapi aku tidak pernah sesakit ini. Aku tidak pernah sekecewa ini. Aku tidak pernah merasakan ini. Belum pernah sekalipun terlintas dalam pikiranku untuk melewatkan fase ini di antara kehadiran kamu di hidupku. Aku masih tidak percaya. Aku tidak akan pernah percaya. Atas apa yang kamu utarakan, atas apa yang kamu coba sampaikan.

Apa?

Maaf, aku berpura-pura lupa agar tidak mampu lagi mengingat kejadian hidup yang baru saja aku alami. Lebih baik begini, bukan? Setidaknya dengan berpura-pura lupa akan membuat aku berpura-pura bahagia. Ya, aku tidak pernah berpura-pura sebahagia ini.

Yang aku ingat, aku harus menitipkan pesan kepadamu bahwa aku berpura-pura untuk menjadi baik-baik saja. Agar kamu tidak perlu berpura-pura untuk tidak mengkhawatirkan aku di depannya. Maaf, mungkin aku salah menyebutkan kata ganti pada kalimat sebelum ini. Aku tidak ingin membawa siapapun ke dalam sini.

Yang aku tahu, aku harus mengucapkan terima kasih kepadamu atas segala upaya yang telah kamu berikan untuk menjadikan aku lebih merasa dihargai. Kita tidak akan pernah tahu jalan apa yang akan menerjang setelah ini. Tidak akan ada yang tahu. Jadi sebaiknya aku bergegas mempersiapkan segala sesuatunya dengan sangat baik untuk berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

Terima kasih yang tak terhingga.

0 comments: