metkompang 1

3:22:00 PM 0 Comments

1.    Apakah perbedaan kwashiorkor dan marasmus? Bedakan dari segi penampilan dan penyebabnya!
Kwashiorkor dan marasmus merupakan penyakit yang disebabkan oleh gejala Kurang Energi Protein (KEP). Selain kwashiorkor dan marasmus, sebenarnya ada satu lagi penyakit yang bisa timbul karena gejala KEP, yaitu Marasmik- Kwashiorkor. KEP umumnya diderita oleh balita dengan gejala hepatomegali (hati membesar). Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein melalui proses katabolik (Ronzio, 2003). Kalau terjadi stres katabolik (infeksi), kebutuhan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif. Kalau kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih diatas 3 SD (2SD–3SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut/ decompensated malnutrition). Pada kondisi ini, radikal bebas dan anti oksidan sangat penting peranannya. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah 3 SD, maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat teradaptasi sampai dibawah 3 SD maka akan terjadilah marasmus (malnutrisikronik/ compensated malnutrition). Dengan demikian pada KEP dapat terjadi gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh, dan penurunan berbagai proses sintesis enzim.
Kwashiorkor merupakan penyakit defisiensi protein klasik, dimana asupan kalori yang cukup tidak diiimbangi dengan asupan protein (Ronzio, 2003). Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh. Selain itu, terjadi perubahan status mental berupa cengeng, http://www.historicalstockphotos.com/images/xsmall/2015_child_with_kwashiorkor_disease_from_severe_dietary_protein_deficiency.jpgrewel, dan kadang apatis. Rambut menjadi tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut, pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam. Wajah membulat dan sembab dengan pandangan mata anak sayu. Kemudian, terjadi pembesaran hati, dimana hati yang Gambar  1. Penderita Kwashiorkor (historicalstockphotos.com)membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam. Muncul juga kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (Hasaroh, 2010).
Gambar  2. Penderita Marasmus (kaskus.us)http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQnMQl2e_ZToPM5hwi02uf7XO0zqhE34yfAu30bfGgcum0kuK6c&t=1Marasmus disebabkan oleh kurangnya asupan energi. Gejala yang timbul antara lain anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, iga gambang dan perut cekung, otot paha mengendor (baggy pant), serta cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar. Selain itu, tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), dan pembesaran hati (Hasaroh, 2010).

2.    Apakah perbedaan asam lemak cis dan asam lemak trans?
Asam lemak merupakan komponen dasar penyusun lemak. Isomer geometris asam lemak tidak jenuh sering disebut dengan isomer cis atau trans. Asam lemak tak jenuh cis merupakan isomer alami, contohnya asam oleta, linoleat, dan linolenat. Minyak sayur (kedelai, jagung, biji bunga matahari, dan kanola) mengandung sekitar 87-93% asam lemak tak jenuh dalam konfigurasi cis. Asam lemak trans terbentuk ketika ikatan rangkap asam lemak tidak jenuh konfigurasi cis terisomerisasi menjadi konfigurasi trans (struktur lebih linier), yang lebih menyerupai asam lemak jenuh dibandingkan asam lemak tidak jenuh (Mayes, 2003).
Gambar 3. Struktur kimia dari cis asam lemak tidak jenuh dan trans asam lemak tidak jenuh dibandingkan dengan asam lemak jenuh (Sartika, 2008)

Asam lemak trans merupakan bentuk struktur kimia asam lemak dengan posisi trans (berseberangan), diperoleh dari hasil perlakuan hidrogenasi asam lemak tidak jenuh, seperti asam linoleat, linolenat, arakidonat, dan oleat. Konfigurasi trans lebih stabil sifatnya secara termodinamik. Ikatan rangkap cis adalah sebuah konfigurasi berenergi tinggi, sehingga molekul asam lemak tidak jenuh cis tidak linier dan bersifat cair pada suhu kamar. Sebaliknya, ikatan trans merupakan konfigurasi berenergi lebih rendah. Molekul asam lemak tidak jenuh trans berbentuk linier dan bersifat padat pada suhu kamar. Sumber utama asam lemak trans adalah berbagai produk pangan dari minyak nabati yang dihidrogenasi seperti margarin, shortening, dan HVO (Hydrogenated Vegetable Oil). Selain hidrogenasi, penggorengan dengan metode deep fat frying juga menimbulkan asam lemak trans. Kehadiran asam lemak trans dalam makanan diduga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, yakni sebagai pemicu penyakit jantung koroner (Silalahi dan Tampubolon, 2002). Bahkan efek ini jauh lebih buruk dibandingkan yang ditimbulkan asam lemak jenuh dan kolesterol ( Wardlaw dan Kessel, 2002).

3.    Apakah yang dimaksud dengan asam lemak omega 3? Kenapa disebut omega 3? Sebutkan contohnya!
Asam lemak omega 3 merupakan bagian dari kelompok asam lemak tidak jenuh yang memiliki ikatan rangkap pertama pada atom karbon nomor 3, dihitung dari gugus metil akhir dari molekul tersebut. Asam lemak omega 3 terdiri dari beberapa senyawa, antara lain α-linolenic acid (ALA), eicosapentaenoic acid (EPA), dan docosahexaenoic acid (DHA). Omega 3 menunjukkan ikatan rangkap pertama terdapat pada ikatan ikatan ke-3, dihitung dari gugus metil terakhir pada rantai karbon. Secara umum, molekul-molekul tersebut terdapat di alam dalam konfigurasi cis.
Gambar 4. Daftar senyawa yang tergolong ke dalam asam lemak omega 3 (Lands, 1992)

Asam lemak omega 3 ini sangat bermanfaat bagi tubuh, seperti meningkatkan ketajaman retina mata, sekaligus meningkatkan kecerdasan otak, serta berperan terhadap  kesehatan jantung dan pembuluh darah. Asam lemak omega 3 banyak terdapat pada daging ikan (Bowers, 2002).



4.    Sebutkan asam amino esensial dan non esensial!
Delapan asam amino yang secara tradisional telah dianggap penting (Fennema, 1996) :
  • Isoleucine (4,13%)
Diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal, perkembangan kecerdasan, mempertahankan keseimbangan nitrogen tubuh, diperlukan untuk pembentukan asam amino non esensial lainnya, penting untuk pembentukan hemoglobin, dan menstabilkan kadar gula darah (kekurangan dapat memicu gejala hypoglycemia).
  • Leucine (5,80%)
Pemacu fungsi otak, menambah tingkat energi otot, membantu menurunkan kadar gula darah yang berlebihan, dan membantu penyembuhan tulang, jaringan otot, dan kulit (terutama untuk mempercepat penyembuhan luka post - operative).
  • Lycine (4,00%)
Bahan dasar antibodi darah, memperkuat sistem sirkulasi, mempertahankan pertumbuhan sel-sel normal, bersama proline dan Vitamin C akan membentuk jaringan kolagen, menurunkan kadar trigliserida darah yang berlebih. Kekurangan menyebabkan mudah lelah, sulit konsentrasi, rambut rontok, anemia, pertumbuhan terhambat, dan kelainan reproduksi.
  • Methionine (2,17%)
Penting untuk metabolisme lemak, menjaga kesehatan hati, menenangkan syaraf yang tegang, mencegah penumpukan lemak di hati dan pembuluh darah arteri, terutama yang mensuplai darah ke otak, jantung, dan ginjal, penting untuk mencegah alergi, osteoporosis, demam rematik, dan toxemia pada kehamilan, serta detoksifikasi zat-zat berbahaya pada saluran cerna.
  • Phenylalanine (3,95%)
Diperlukan oleh kelenjar tiroid untuk menghasilkan tiroksin yang akan mencegah penyakit gondok, dipakai untuk mengatasi depresi juga untuk mengurangi rasa sakit akibat migrain, menstruasi, dan arthritis, menghasilkan norepinephrine otak yang membantu daya ingat dan daya hapal, dan mengurangi obesitas.
  • Threonine (4,17%)
Meningkatkan kemampuan usus dan proses pencernaan, mempertahankan keseimbangan protein, penting dalam pembentukan kolagen dan elastin, membantu hati, jantung, sistem syaraf pusat, otot-otot rangka dengan fungsi lipotropic, dan mencegah serangan epilepsi.
  • Tryptophane (1,13%)
Meningkatkan penggunaan dari vitamin B kompleks, meningkatkan kesehatan syaraf, menstabilkan emosi, meningkatkan rasa ketenangan, mencegah insomnia (membantu anak yang hiperaktif), dan meningkatkan pelepasan hormon pertumbuhan yang penting dalam membakar lemak untuk mencegah obesitas dan baik untuk jantung.
  • Valine (6,00%)
Memacu kemampuan mental, memacu koordinasi otot, membantu perbaikan jaringan yang rusak, dan menjaga keseimbangan nitrogen.
Pada bayi atau anak-anak tumbuh, daftar tersebut berkembang menjadi 12 asam amino esensial, termasuk:
  • Cysteine (0,67%)
Membantu kesehatan pankreas, menstabilkan gula darah dan metabolisme karbohidrat, mengurangi gejala alergi makanan dan intoleransi, penting untuk pembentukan kulit, terutama penyembuhan luka bakar dan luka operasi, membantu penyembuhan kelainan pernafasan seperti bronchitis, dan meningkatkan aktifitas sel darah putih melawan penyakit.
  • Tyrosine (4,60%)
Memperlambat penuaan sel, menekan pusat lapar di hipotalamus, membantu produksi melanin, penting untuk fungsi kelenjar adrenal, tiroid, dan pituitary, penting untuk pengobatan depresi, alergi, dan sakit kepala. Kekurangan menyebabkan hypothyroidism dengan gejala lemah, lelah, kulit kasar, pembengkakan pada tangan, kaki, dan muka, tidak tahan dingin, suara kasar, daya ingat dan pendengaran menurun, serta kejang otot.
  • Histidine (1,08%)
Memperkuat hubungan antar syaraf khususnya syaraf organ pendengaran, telah dipakai untuk memulihkan beberapa kasus ketulian, perlu untuk perbaikan jaringan, perlu dalam pengobatan alergi, rheumatoid arthritis, dan anemia, serta perlu untuk pembentukan sel darah merah dan sel darah putih.
  • Arginine (5,98%)
Penting untuk kesehatan reproduksi pria karena 80% cairan semen terdiri dari arginine, membantu detoksifikasi hati pada sirosis hati dan fatty liver, membantu meningkatkan sistem imun, menghambat pertumbuhan sel tumor dan kanker, dan membantu pelepasan hormon pertumbuhan.
Sedangkan asam amino non esensial terdiri dari:
  • Alanine (5,82%)
Memperkuat membran sel dan membantu metabolisme glukosa menjadi energi tubuh.
  • Aspartic acid (6,34%)
Membantu perubahan karbohidrat menjadi energi sel, melindungi hati dengan membantu mengeluarkan amonia berlebih dari tubuh, dan membantu fungsi sel dan pembentukan RNA atau DNA.
  • Glutamic Acid (8,94%)
Merupakan bahan bakar utama sel-sel otak bersama glukosa, mengurangi ketergantungan alkohol, dan menstabilkan kesehatan mental.
  • Glycine (3,50%)
Meningkatkan energi dan penggunaan oksigen di dalam sel, penting untuk kesehatan sistem syaraf pusat. penting untuk menjaga kesehatan kelenjar prostat, mencegah serangan epilepsi dan pernah dipakai untuk mengobati depresi, serta diperlukan sistem imun untuk mensintesis asam amino non esensial.
  • Proline (2,97%)
Sebagai bahan dasar glutamic acid. bersama lycine dan vitamin C akan membentuk jaringan kolagen yang penting untuk menjaga kecantikan kulit, serta memperkuat persendian, tendon, tulang rawan dan otot jantung.
  • Serine (4,00%)
Membantu pembentukan lemak pelindung serabut syaraf (myelinsheaths), penting dalam metabolisme lemak dan asam lemak, pertumbuhan otot, dan kesehatan sistem imun, serta membantu produksi antibodi dan immunoglobulin.

5.    Sebutkan perbedaan antara pati, glikogen, dan dekstrin! Sertakan gambar!
Pati
Pati merupakan bentuk polisakarida yang paling melimpah di dunia, khususnya tersimpan dalam bentuk granula pada sel tanaman. Pati tersusun dari dua molekul yang berbeda struktur, yaitu amilosa dan amilopektin. Kadar amilopektin (80-90%) lebih banyak dibandingkan kadar amilosa (10-20%) (Asif et al., 2011). Homopolimer linier ini terdiri dari 250-2000 unit glukosa yang membentuk heliks sebagai hasil dari sudut ikatan antara unit-unit glukosa, dengan ikatan a-1,4 glikosidik (untuk amilosa) serta  ikatan a-1,4 glikosidik dan titik percabangan terbentuk dari ikatan a-1,6 glikosidik (untuk amilopektin).

 (a)



(b)




 (c)



Gambar 5. Struktur molekul (a) amilosa; (b) amilopektin; dan (c) pati (Asif et al., 2011)

Glikogen
Secara struktural, glikogen ini mirip dengan amilopektin dari segi keterkaitan alfa asetalnya. Namun demikian, glikogen lebih bercabang, bobot molekulnya lebih tinggi, dan mengandung lebih banyak glukosa daripada amilopektin (Sujatha et al., 2010). Struktur glikogen terdiri dari rantai polimer panjang dengan monomer glukosa yang dihubungkan oleh ikatan alfa asetal (homopolimer glukosa). Pada glikogen, cabang-cabang terjadi pada interval 8-10 unit glukosa, sedangkan pada amilopektin, cabang-cabang terjadi pada interval 12-20 unit glukosa.
Gambar 6. Struktur molekul glikogen (Ophardt, 2003)

Struktur molekul kimia di atas menunjukkan sebagian kecil dari rantai glikogen. Semua unit monomer adalah α-D-glukosa, dan semua ikatan alfa asetal menghubungkan C#1 dari satu glukosa ke C#4 dari glukosa berikutnya. Cabang-cabang dibentuk dengan menghubungkan C#1 ke C#6 melalui ikatan asetal. Senyawa biokimiawi glikogen ini berfungsi sebagai cadangan karbohidrat pada hewan dan ditemukan pada otot dan hati.

Dekstrin
Dekstrin dihasilkan dari hidrolisis glikogen atau pati, yang merupakan kelompok karbohidrat berbobot molekul rendah. Dekstrin merupakan senyawa intermediate pada pencernaan pati, dan dihasilkan oleh reaksi amilase pada pati. Dekstrin serupa dengan polisakarida amilopektin, tetapi rantai utama dibentuk oleh ikatan α-1,6 glikosidik dan cabang samping terikat oleh ikatan α-1,3 atau α-1,4 glikosidik (Susana et al., 1995).

Gambar 7. Struktur molekul dekstrin (Susana et al., 1995)

Daftar Pustaka
Asif H.M., Muhammad Akram, Tariq Saeed, M. Ibrahim Khan, Naveed Akhtar, Riaz ur Rehman, S. M. Ali Shah, Khalil Ahmed, Ghazala Shaheen. 2011. Carbohydrates. International Research Journal of Biochemistry and Bioinformatics Vol. 1(1) : 001-005.
Fennema O.R. 1996. Food Chemistry. Third Edition. New York: Marcel Dekker, Inc.
Hasaroh Y. 2010. Perubahan Berat Badan Anak Balita Gizi Buruk Yang Di Rawat DI RSUP. H. Adam Malik Medan. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4921977 (diakses pada 24 Februari 2010)
Mayes P.A. 2003. Biosintesis Asam Lemak. Jakarta: Biokimia Editor.
Ophardt C. E., 2003. Glycogenesis, Glyconolysis, and Gluconeogenesis. Virtual Chembook. Illinois: Elnhurst College.
Ronzio R. 2003. The Encyclopedia of Nutrition and Good Health. Second Edition. New York: Facts on File, Inc.
Sartika Ratu Ayu D. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh, dan Asam Lemak Trans terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 2 No.4.
Silalahi J dan Tampubolon Sanggam D.R. 2002. Asam Lemak Trans dalam Makanan dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. XII No. 2.
Sujatha J, Amithkumar IV, Lathaa B (2010). Prenatal Diagnosis of Glycogen Storage Disorder Type III. Indian Pediatr. 47(4):354-355.
Susana M, Carolina V, Janet M, Peerson M, Noel W, . Solomons M, Kenneth H, Brown M (1995). Clinical Trial of Glucose-Oral Rehydration Solution (ORS), Rice Dextrin-ORS, and Rice Flour-ORS for the Management of Children With Acute Diarrhea and Mild or Moderate Dehydration. International Pediatr. 95(2):191-197.
Wardlaw G.M. dan Kessel M.W. 2002. Perspectives in Nutrition. Fifth Edition. Boston: McGraw-Hill.

andikaprakoso

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 comments: