Asidi - Alkalimetri

12:19:00 AM , 0 Comments

Prinsip Percobaan

Asidi-Alkalimetri merupakan bagian dari metode titrimetri, yaitu teknik analisis pengukuran volume pereaksi yang bergabung dengan analat.(Harvey 2000) Asidi-alkalimetri merupakan titrasi yang menyangkut asam dan basa. Dasar dari titrasi netralisasi ini adalah pembentukan elektrolit lemah, yaitu air atau asam lemah atau basa.(Patnaik 2004) Asidimetri merupakan teknik titrasi dengan asam sebagai titrannya. Pada praktikum ini, asam yang digunakan adalah HCl yang sebelumnya harus distandardisasi terlebih dahulu dengan suatu larutan baku primer, yaitu boraks. Pada standardisasi HCl, indikator yang digunakan adalah merah metil yang memiliki trayek pH kurang dari 7.

Alkalimetri merupakan teknik titrasi dengan basa sebagai titrannya. Basa yang digunakan adalah NaOH yang terlebih dahulu distandardisasi dengan asam oksalat. Setelah itu, NaOH digunakan untuk menentukan kadar larutan cuka biang. Cuka biang harus diencerkan terlebih dahulu sampai konsentrasi cuka tersebut cukup rendah. Hal ini disebabkan oleh kandungan cuka biang yang merupakan larutan pekat dari cuka. Titrasi dilakukan dengan indikator fenolftalein sampai terjadi perubahan warna. Volume NaOH yang terpakai dapat digunakan untuk menentukan kadar cuka biang tersebut.

Tujuan Percobaan

Percobaan ini bertujuan melatih mahasiswa melakukan analisis asidi-alkalimetri sederhana.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang dipakai adalah labu erlenmeyer 125 ml, buret 50 ml, pipet volumetrik 10 ml, labu takar 100 ml, pipet tetes, gelas pengaduk, gelas piala, corong, dan neraca analitik. Bahan-bahan yang digunakan adalah boraks, HCl, (COOH)2, NaOH, indikator fenolftalein, dan jingga metil.

Prosedur Percobaan

· Standardisasi HCl dengan larutan baku boraks

Sebanyak 10 ml larutan baku primer boraks dititrasi dengan HCl. Indikator yang digunakan adalah tiga tetes merah metil. Titik akhir tercapai bils warna berubah dari kuning ke merah. Titrasi dilakukan triplo.

· Standardisasi larutan NaOH dengan larutan baku (COOH)2.H2O

Sebanyak 10 ml larutan (COOH)2 0,1000 N baku dipipet ke dalam erlenmeyer, ditambah tiga tetes fenolftalein, lalu dititrasi dengan NaOH yang harus distandardisasi. Titik akhir tercapai (titrasi dihentikan) pada saat larutan mulai berubah dari tidak berwarna menjadi sedikit merah (tepat mulai berwarna). Titrasi dilakukan triplo.

· Penentuan kadar asam cuka murni dalam cuka biang

Sebanyak 1 ml cuka biang dipipet ke dalam labu takar 100 ml dan diencerkan sampai tanda tera dengan air destilata yang baru dididihkan dan telah didinginkan kembali. Larutan dikocok baik-baik. Sebanyak 10 ml larutan tersebut dipipet ke dalam erlenmeyer, diberi tiga tetes fenolftalein dan dititrasi. Titik akhir tercapai seperti percobaan standardisasi NaOH. Titrasi diulangi sebanyak lima kali.


Data Hasil Pengamatan

Standardisasi HCl dengan larutan baku boraks

Indikator : Fenolftalein

Perubahan Warna : Tidak Berwarna → Sedikit Merah

Reaksi : 2HCl + Na2B4O7 + 5H20 → 2NaCl + 4H3B03

Ulangan

Meniskus 1

Meniskus 2

Volume terpakai

N HCl

1

12

22,2

10,2

0,0962

2

22,2

32,4

10,2

0,0962

3

32,4

42,6

10,2

0,0962

HCl

0,0962

Sd N HCl

0

· Contoh Perhitungan N HCl (Ambil data ulangan ke-2)

N HCl x V HCl = N Boraks x V Boraks

N HCl x 10,2 ml = 0,1 N x 10 ml

N HCl = = 0,0962 N

· Perhitungan HCl

HCl =

=

= 0,0962 N

· Perhitungan Sd N HCl

Sd N HCl =

=

= = 0

· Ketelitian =

=

= 100 %

Standardisasi larutan NaOH dengan larutan baku (COOH)2.H2O

Indikator : Fenolftalein

Perubahan Warna : Tidak Berwarna → Ungu kemerahan

Reaksi : 2NaOH + (COOH)2.2H2O → 2COONa + 4H2O

Ulangan

Meniskus 1

Meniskus 2

Volume terpakai

N NaOH

1

15,5

29,3

13,8

0,0725

2

29,3

43,05

13,75

0,0727

3

20,0

32,2

12,2

0,0820

NaOH

0,0757

Sd. N NaOH

0,0054

· Contoh Perhitungan N NaOH (Ambil data ulangan ke-3)

N NaOH x V NaOH = N As. Oksalat x V As. Oksalat

N NaOH x 12,2 ml = 0,1 N x 10 ml

N NaOH = = 0,0820 N

· Perhitungan NaOH

NaOH =

=

= 0,0757 N

· Perhitungan Sd N NaOH

Sd N NaOH =

=

= = = 0,0054

· Ketelitian =

=

= 92,8296 %

Penentuan kadar asam cuka murni dalam cuka biang

Indikator : Fenolftalein

Perubahan Warna : Tidak Berwarna → Ungu Kemerahan

Reaksi : CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O

Ulangan

Meniskus 1

Meniskus 2

Volume terpakai

N CH3COOH

Bobot Cuka Biang

Kadar Cuka Biang (%)

1

0

1,9

1,9

0,0144

0,0086

0,0864

2

1,9

3,7

1,8

0,0136

0,0082

0,0816

3

3,7

5,4

1,7

0,0129

0,0077

0,0774

4

5,4

7,1

1,7

0,0129

0,0077

0,0774

5

7,1

8,8

1,7

0,0129

0,0077

0,0774

6

8,8

10,5

1,7

0,0129

0,0077

0,0774

Rata-rata

0,0132

0,0080

0,0796

Standar deviasi

0,0006

0,0004

0,0037

· Contoh perhitungan N CH3COOH (Ambil data ulangan ke-4)

N CH3COOH x V CH3COOH = N NaOH x V NaOH

N CH3COOH x 10 ml = 0,0757 N x 1,7 ml

N CH3COOH = = 0,0129 N

· Perhitungan CH3COOH

CH3COOH =

=

= 0,0132 N

· Perhitungan Sd N CH3COOH

Sd N CH3COOH =

=

= = = 0,0006

· Ketelitian N CH3COOH =

=

= 95,2191 %

· Bobot Cuka Biang dan Kadar Cuka Biang (Ambil data ulangan ke-4)

Bobot cuka biang = N CH3COOH x Volume x Berat Ekivalen

= 0,0129 N x 0,01 ml x 60 gram/ ekivalen

= 0,0077

Kadar cuka biang =

=

= 0,0774 %

· Ketelitian bobot cuka biang

Rata-rata bobot cuka biang =

=

= 0,0080

Standar deviasi bobot cuka biang =

=

= = = 0,0004

Ketelitian bobot cuka biang =

=

= 95,3129 %

· Ketelitian kadar cuka biang

Rata-rata kadar cuka biang =

=

= 0,0796

Standar deviasi kadar cuka biang =

=

= = = 0,0037

Ketelitian kadar cuka biang =

=

= 95,3129 %


Pembahasan

Titrasi asam basa adalah titrasi yang terlihat dengan adanya perubahan parameter pH. Perubahan yang terjadi ditandai dengan berubahnya warna larutan yang telah ditambahkan indikator. Indikator berupa asam lemah atau basa lemah yang memiliki kemampuan yang menandakan titran menjadi ekivalen titratnya. Perubahan warna terjadi secara tiba-tiba dan menandakan jumlah ekivalen titran dan titrat sama.(Skoog 2002)

Titrasi yang dilakukan pada percobaan standardisasi HCl menggunakan larutan boraks sebagai titrat dan larutan HCl sebagai titran. Percobaan ini menghasilkan konsentrasi HCl sebesar 0,0962 N dengan ketelitian 100%. Sedangkan percobaan standardisasi NaOH dengan larutan baku asam oksalat menghasilkan konsentrasi NaOH sebesar (0,0757 ± 0,0054) N dengan ketelitian 92,8296%. Nilai tersebut diperoleh berdasarkan rumus V1.N1 = V2.N2. Standardisasi dilakukan karena sifat higroskopis dari larutan titran dan mudah bereaksi dengan CO2 di udara. Adanya standardisasi membuat kenormalan larutan ditentukan secara tepat.

Kadar cuka juga dapat diketahui melalui titrasi asam basa dengan titran NaOH dan titrasi asam cuka yang telah diencerkan. Pengenceran cuka biang dilakukan karena cuka biang merupakan larutan pekat dari cuka yang bercampur dengan zat-zat lain, dimana larutan yang sangat pekat akan mengakibatkan efisiensi titrasi menjadi berkurang. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan titran yang meningkat dan waktu pengerjaan titrasi yang akan berlangsung lebih lama lagi. Bobot cuka yang diadapat dari percobaan ini adalah (0,0080±0,0004) N dengan ketelitian 95,3129%. Kadar cuka yang didapat dari percobaan ini adalah (0,0796±0,0037) N dengan ketelitian 95,3129%. Berdasarkan ketelitian yang diperoleh pada percobaan, maka praktikan sudah dapat menghindari kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan, seperti kesalahan paralaks, kesalahan kalibrasi neraca analitik, dan kesalahan perhitungan bobot bahan yang diperlukan.

Simpulan

Hasil percobaan menunjukkan bahwa konsentrasi HCl pada percobaan standardisasi HCl adalah 0,0962 N dengan ketelitian 100% dan konsentrasi NaOH pada percobaan standardisasi NaOH adalah (0,0757 ± 0,0054) N dengan ketelitian 92,8296%. Bobot cuka yang diadapat dari percobaan ini adalah (0,0080±0,0004) N dengan ketelitian 95,3129%. Kadar cuka yang didapat dari percobaan ini adalah (0,0796±0,0037) N dengan ketelitian 95,3129%. Penentuan nilai-nilai tersebut dilakukan dengan titrasi netralisasi sehingga percobaan kali ini dapat dikatakan berhasil.

Pustaka Rujukan

Harvey David. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill Comp.

Patnaik Pradyot. 2004. Dean’s Analytical Chemistry Handbook Second Edition. New York: McGraw-Hill Comp.

Skoog Douglas et al. 2002. Fundamentals of Analytical Chemistry Eight Edition. Canada: Thomson Learning.

andikaprakoso

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 comments: