527.040
Tak terasa, sudah 527.040 menit yang lalu. Saat dimana aku terakhir bertemu denganmu.Jam sudah menunjukkan pukul 10 tepat. Aku masuk ke restoran tersebut, sesuai dengan janji kita. Ku mulai dengan memesan minuman, kemudian aku tunggu dirimu. Bukan bermaksud pesimis, tapi aku punya firasat bahwa 99% kamu tidak akan hadir. Kemana yang 1% lagi? Hanya kebetulan yang mampu menjawabnya.
Jarum detik sudah mulai bekerja menghitung waktu. Diikuti oleh jarum menit yang tanpa terasa sudah bergeser sekitar 180 derajat. Aku hanya bisa menghela napas. Dan mulai berpikir untuk meninggalkan tempat ini. Lalu, kalau kamu tidak datang, apa yang bisa aku lakukan? Toh, jawabannya tidak ada.
Sudah hampir 1 jam aku berada di tempat yang sebetulnya tidak pernah berada pada kawasan nyaman untukku. Yah, dengan bodohnya, muncul sedikit keberanianku untuk mengirimkan pertanyaan padamu, "Jadi, mau datang?" Agak lama jarak antara waktu aku mengirim pesan singkat itu dengan waktu balasan darimu masuk ke alat komunikasiku. "Sabar, sebentar lagi sampai", itu yang kamu kirim. Dan 10 menit kemudian kamu datang.
Aku tidak pernah menginginkan peristiwa itu berakhir dengan cepat. Bahkan, kalau ada alat penghenti waktu, pasti sudah aku gunakan saat itu. Tapi, untuk apa berlama-lama? Aku kan cuma ingin memberikan buku ini kepadamu, lalu mengucapkan selamat tinggal, tidak tahu untuk selamanya atau sementara.
Sayangnya, aku tidak punya alat penghenti waktu dan aku sudah memiliki agenda lain. Tidak sampai 3600 detik kita bertemu, aku harus pergi.
Dan sekarang, aku hanya bisa bergumam dalam diam, "Hey, buku! Apa kabar pemilikmu? Semoga baik-baik saja dan hidupnya makin progresif. Maaf, aku punya kelebihan stok air mata saat ini".
0 comments: